GIVEAWAY ATTACK !!

Senin, 23 Juli 2012

BUKU BARU






Antologi puisi ku yang ke dua, salah satu karyaku yang berjudul Ramadhan Pada Purnama Kami menjadi salah satu kontributor dalam buku ini :)

JUDUL : AYAT-AYAT RAMADHAN

ISBN : 978-602-7692-12-2

Tebal : 260 Halaman

Harga : Rp. 49.500,-

Penulis : Yandigsa, dkk

...

Dapatkan harga khusus pre-order diskon sampai dengan 25% selama bulan Juli 2012

beli 1-5exp dapat diskon 10% (beli 5exp gratis ongkir indonesia)

beli 6-10exp diskon 20% (Free ongkir indonesia)

beli diatas 10exp diskon 25% (free ongkir indonesia)



Berlaku hanya di bulan JULI 2012



----------------------------------

Untuk Pemesanan Silakan ketik:

AAR#Nama Lengkap#Alamat Lengkap#Jumlah#Nomor HP Kirim ke 0878 260000 53

atau Silakan Inbox kami

-------------------------------



Telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah, pada bulan tersebut engkau diwajibkan berpuasa dan dibukalah pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka dan syaithan-syaithan di belenggu, dalam bulan tersebut ada satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan, barang siapa yang tidak mampu mendapatkan kebaikan bulan ramadhan tersebut maka haramlah baginya surga. (HR Ahmad, an Nasa'i, dan Baihaqi).





Ramadhan adalah bulan yang selalu kita rindukan kedatangannya. Bulan pembelajaran penuh hikmah dan berkah yang begitu besar serta ampunan dari Allah SWT. Berawal dari kerinduan dan penantian dengan Ramadhan buku ini hadir sebagai bacaan penuh inspirasi. Penulis yang tergabung dalam buku ini menghadirkan Ramadhan dalam rajutan kata yang begitu syahdu, begitu indah, begitu rindu, begitu rasa, begitu cinta, begitu sayang.



Ramadhan juga jalinan kata yang mampu dirangkai indah dalam puisi

Setiap detik dalam Ramadhan adalah ayat-ayat yang begitu menggetarkan

Sambut Ramadhan

Yandigsa



Marilah kita sambut bulan Ramadhan

sebagai bulan penuh dengan hikmah

kita rayakan kebersamaan dalam menyambut bulan Ramadhan

kita rayakan kebersamaan dengan hati suci dan ikhlas diri



Marilah kita melihat sejarah

banyak terjadi di bulan Ramadhan

diturunkan-Nya kita suci Qur'an

sebagai pedoman hidup manusia



Marilah kita rayakan bersama

bulan Ramadhan dengan kemenangan

jalinan ukhuwah tetap dijaga

bersatu padu tegakkan agama



Marilah kita sambut bulan Ramadhan dengan kemenangan

marilah kita sambut dengan hati suci indah



Kembalilah fitrah manusia

setelah sebulan berpuasa

menahan lapar dan dahaga

untuk menjadi orang yang bertaqwa



Note : Puisi dengan judul "Sambut Ramadhan" di atas pernah di Nyanyikan oleh team nasyid Ashabul Kahfi asal Lampung dan tergabung dalam kompilasi nasyid Lampung. Lagu ini saya buat ketika hendak menyambut bulan Ramadhan. Selamat Menikmati






antologi ketigku, salah satu puisiku yang berjudul Diujung Kematian menjadi salah satu kontributor dalam buku ini.

Seikat Darah Ukhuwah dalam MAe Kematianku
Kode Barcode / ISBN : SDUDMK80712
Jumlah Halaman : 45
Harga CD eBook : Rp 20.000,-
Format Buku Kertas : Rp 49.000,-

Uraian Singkat :

Bismillaahirrahmanirrahiim.

“Memorabilia, Cinta, dalam Seikat Darah Ukhuwah”

Untuk memberi sebuah sambutan atau katakanlah “permulaan” dalam sebuah kumpulan puisi yang nantinya milik seluruh pembaca, sungguh sebuah beban berat walau akhirnya menjadi hal yang mendebarkan sekaligus membahagiakan bagi saya.

Ada semacam ketakutan atau kekhawatiran yang diam-diam menghuni benak ketika- setelah tuntas- menghikmati keseluruhan puisi-puisi yang ditulis 57 penyair dalam Seikat Darah Ukhuwah yang digagas oleh penyair muda Muhammad Asqalani Eneste ini, lantas harus mengabarkan kepada para pembaca seperti apa sari-inti yang terkandung dalam kumpulan puisi-puisi ini. Ketakutan dan kekhawatiran yang terasakan, bahwa dengan kabar ini nantinya malah akan mengurangi pemahaman makna (tafsir) yang seharusnya indah nan luhur yang akan di tangkap oleh masing-masing pembaca menjadi makna yang buruk.

Namun mengesampingkan perasaan takut dan khawatir tersebut, nyatanya getar-getar bahagia perlahan terus menyelinapi ruang hati saya yang paling dalam bahwasanya, saya memang merasa bahagia mendapati puisi-puisi yang terlahir tidak saja dari jiwa-jiwa yang putih tetapi juga dari “cinta” yang utuh mengendap dalam pikiran masing-masing penyairnya.

Hingga puisi-puisi ini bisa di kabarkan dengan tenang dan jernih. Namun juga penuh semangat yang berkobar. Seperti rindu yang terus berdegub hidup menjelmakan taburan bunga-bunga semerbak terbawa dari masa lalu (kanak) ketika semua terlahir dalam keadaan “suci” dan “sendiri”.

Keadaan yang telah mengekal dalam memorabilia ini menjadi muasal anak-anak puisi lahir, kemudian merangkak setindak demi setindak menjadi kukuh dan teguh dalam menguraikan makna dan rasa menuju wajah (dunia) dan hati yang remaja.

Hingga keseluruhan puisi-puisi ini pun melebur kedalam ranah yang digetarkan oleh alam semesta menyentuh wajah, hati, dan pikiran kita menjadi semacam doa yang tulus secara bersama-sama tersimpulkan kedalam ikatan serupa “ikrar” dalam lini masa dakwah yang berpendar-pendar dewasa. Menakjubkan!

Maka tidaklah berlebihan jika puisi-puisi dalam Seikat Darah Ukhuwah ini mampu menjalinkan energi satu dengan lainnya menjadi sebentuk sinergi (semangat) membara yang mampu membangkitkan rasa optimisme akan bentuk-bentuk fanatisme yang selama ini kerap mencederai hubungan antar sesama, memunculkan perasaan cemas dan gamang bagaimana nanti keberadaan masa depan generasi mendatang di bumi kita seiring lajunya peradaban.

Disamping itu tentunya telah terbentuk juga riak-riak harapan tentang masa depan “sastra” kita yang dengan adanya gerak bersama seperti sekumpulan Seikat Darah Ukhuwah ini, semoga semakin menggelombangkan arus sastra menuju kemajemukan dan keindahan bahasa sebagai citra bangsa yang tak bertepi.

Namun juga tidak bisa di pungkiri bahwa segala yang ada pada kita adalah fana, segala yang dicipta mutlak kembali ke penciptanya. Meskipun begitu keseluruhan puisi yang ditulis 57 penyair ini mampu meniupkan “ruh” (mempengaruhi) dan mengajarkan kepada kita:

teruslah berjuang dan berbagi kepada sesama walau hanya dengan segoresan kata

Mohon maaf atas segala kekurangan dan kelemahan saya dalam memberikan kabar di atas yang semoga tidak mempengaruhi perasaan dan pemahaman segenap pembaca.

Maka, sambutlah sekumpulan puisi Seikat Darah Ukhuwah.



***

Jakarta, 19 Juni 2012

Lailatul Kiptiyah– Penulis Puisi dan Penikmat Sastra




Tidak ada komentar:

Posting Komentar